Senin, 21 Mei 2012

HIDUPKU_By : Margaretha

aku adalah aku,
aku adalah ketidak sempurnaanku
aku ada karena kelemahan dan kekuranganku
aku ada karena pilhan
hidup bagiku adalah pilihan,
pilihan jalan yang harus dan wajib aku selesaikan.

kadang aku jatuh dan berlari,
kadang aku tersandung saat berjalan,
tapi kadang aku juga dapat menari indah dia atas panggung kehidupan ku..
sendiri beralas tanah,
bersama melayang diudara
dan terbenam bersama hal - hal yang ak jauhi
tapi itulah hidup.

Aku sadar bahwa takkan ada manusia yang bisa menjadi sempurna,
karna itu tak pernah ku harap kesempurnaan dari lain pihak.
aku hanya mengharap kesetiaan dan kasih tulus,
bukan karna cinta...tapi karna sayang,
aku tak ingin dicinta, tapi aku ingin di sayang.
maka seperti itulah aku akan memperlakukan mu.

hidupku hanya sekali,
sekali ak hidup,
sekali ak melewati setiap fase dari masa ku
sekali ak ingin menjalani hidup bahagia berdua,
dan sekali pula aku akan terlelap tidur dengan tenang.

Tapi sekali lagi ak tegaskan..
ini HIDUP..
ak tak ingin sakit ataupun menyakiti,
jika sudah sekali ak kau ijinkan mngenalmu,
maka itu akan kulakukan seumur hidupku
dan jika sekali kau minta aku tuk pergi menjauh,
mka aku akan berlari mengejar bayangmu yang tlah jauh menghilang..
dan SAHABAT...akan menjadi kawan saat aku berlari,
tapi jika sahabat ingin menjadi batu saat ak berlari,
maka aku akan diam , duduk , dan berkata
" Jika ini membuat mu bahagia, maka aku akan berhenti berlari untuk kebahagiaanmu"

by. Margaretha Surya

selalu aku akan tersenyum dalam hidup, meski takkan ada yang tau bahwa sebenarnya ,
aku tersayat dan aku merintih karna kesakitan ku yang terdalam
tapi inilah aku...
aku....
Read More HIDUPKU_By : Margaretha

Darah dan Pemeriksaannya


Kadar hemoglobin

Terdapat bermacam-macam cara untuk menetapkan kadar hemoglobin tetapi yang sering dikerjakan di laboratorium adalah yang berdasarkan kolorimeterik visual cara Sahli dan
fotoelektrik cara sianmethemoglobin atau hemiglobinsianida. Cara Sahli kurang baik, karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam misalnya karboksihemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin . Selain itu alat untuk pemeriksaan hemoglobin cara Sahli tidak dapat distandarkan, sehingga ketelitian yang dapat dicapai hanya ±10%.

Cara sianmethemoglobin adalah cara yang dianjurkan untuk penetapan kadar hemoglobin di laboratorium karena larutan standar sianmethemoglobin sifatnya stabil, mudah diperoleh dan pada cara ini hampir semua hemoglobin terukur kecuali sulfhemoglobin. Pada cara ini ketelitian yang dapat dicapai ± 2%.

. Berhubung ketelitian masing-masing cara berbeda, untuk penilaian basil sebaiknya diketahui cara mana yang dipakai. Nilai rujukan kadar hemoglobin tergantung dari umur dan jenis kelamin. Pada bayi baru lahir, kadar hemoglobin lebih tinggi dari pada orang dewasa yaitu berkisar antara 13,6 - 19, 6 g/dl. Kemudian kadar hemoglobin menurun dan pada umur 3 tahun dicapai kadar paling rendah yaitu 9,5 - 12,5 g/dl. Setelah itu secara bertahap kadar hemoglobin naik dan pada pubertas kadarnya mendekati kadar pada dewasa yaitu berkisar antara 11,5 - 14,8 g/dl. Pada pria dewasa kadar hemoglobin berkisar antara 13 - 16 g/dl sedangkan pada wanita dewasa antara 12 - 14 d/dl.

. Pada wanita hamil terjadi hemodilusi sehingga untuk batas terendah nilai rujukan ditentukan 10 g/dl.

. Pada keadaan fisiologik kadar hemoglobin dapat bervariasi.
Kadar hemoglobin meningkat bila orang tinggal di tempat yang tinggi dari permukaan laut. Pada ketinggian 2 km dari permukaan laut, kadar hemoglobin kira-kira 1 g/dl lebih tinggi dari pada kalau tinggal pada tempat setinggi permukaan laut. Tetapi peningkatan kadar hemoglobin ini tergantung dari lamanya anoksia, juga tergantung dari respons individu yang berbeda-beda. Kerja fisik yang berat juga dapat menaikkan kadar hemoglobin, mungkin hal ini disebabkan masuknya sejumlah eritrosit yang tersimpan didalam kapiler-kapiler ke peredaran darah atau karena hilangnya plasma. Perubahan sikap tubuh dapat menimbulkan perubahan kadar hemoglobin yang bersifat sementara. Pada sikap berdiri kadar hemoglobin lebih tinggi dari pada berbaring. Variasi diurnal juga telah dilaporkan oleh beberapa peneliti, kadar hemoglobin tertinggi pada pagi hari dan terendah pada sore hari.
Kadar hemoglobin yang kurang dari nilai rujukan merupakan salah satu tanda dari anemia. Menurut morfologi eritrosit didalam sediaan apus, anemia dapat digolongkan atas 3 golongan yaitu anemia mikrositik hipokrom, anemia makrositik dan anemia normositik normokrom 5. Setelah diketahui ada anemia kemudian ditentukan golongannya berdasarkan morfologi eritrosit rata-rata. Untuk mencari penyebab suatu anemia diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan lebih lanjut.
Bila kadar hemoglobin lebih tinggi dari nilai rujukan, maka keadaan ini disebut polisitemia. Polisitemia ada 3 macam yaitu polisitemia vera, suatu penyakit yang tidak diketahui penyebabnya; polisitemia sekunder, suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat berkurangnya saturasi oksigen misalnya pada kelainan jantung bawaan, penyakit paru dan lain-lain, atau karena peningkatan kadar eritropoietin misal pada tumor hati dan ginjal yang menghasilkan eritropoietin berlebihan; dan polisitemia relatif, suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat
kehilangan plasmanya misal pada luka bakar.

Laju endap darah

Proses pengendapan darah terjadi dalam 3 tahap yaitu tahap pembentukan rouleaux, tahap pengendapan dan tahap pemadatan.

Di laboratorium cara untuk memeriksa laju endap darah yang sering dipakai adalah cara Wintrobe dan cara Weetergren. Pada cara Wintrobe nilai rujukan untuk wanita 0 - 20 mm/jam dan untuk pria 0 - 10 mm/jam, sedang pada cara Westergren nilai rujukan untuk wanita 0 - 15 mm/jam dan untuk pria 0 - 10 mm/jam.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju endap darah adalah faktor eritrosit, faktor plasma dan faktor teknik. Jumlah eritrosit/ul darah yang kurang dari normal, ukuran eritrosit yang
lebih besar dari normal dan eritrosit yang mudah beraglutinasi akan menyebabkan laju endap darah cepat. Walau pun demikian, tidak semua anemia disertai laju endap darah yang cepat. Pada anemia sel sabit, akantositosis, sferositosis serta poikilositosis berat, laju endap darah tidak cepat, karena pada keadaan-keadaan ini pembentukan rouleaux sukar terjadi.

Pada polisitemia dimana jumlah eritrosit/µl darah meningkat, laju endap darah normal.

Pembentukan rouleaux tergantung dari komposisi protein plasma. Peningkatan kadar fibrinogen dan globulin mempermudah pembentukan roleaux sehingga laju endap darah cepat
sedangkan kadar albumin yang tinggi menyebabkan laju endap darah lambat.

Laju endap darah terutama mencerminkan perubahan protein plasma yang terjadi pada infeksi akut maupun kronik, proses degenerasi dan penyakit limfoproliferatif. Peningkatan laju endap darah merupakan respons yang tidak spesifik terhadap kerusakan jaringan dan merupakan petunjuk adanya penyakit.

Bila dilakukan secara berulang laju endap darah dapat dipakai untuk menilai perjalanan penyakit seperti tuberkulosis, demam rematik, artritis dan nefritis. Laju endap darah yang
cepat menunjukkan suatau lesi yang aktif, peningkatan laju endap darah dibandingkan sebelumnya menunjukkan proses yang meluas, sedangkan laju endap darah yang menurun
dibandingkan sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan.

Selain pada keadaan patologik, laju endap darah yang cepat juga dapat dijumpai pada keadaan-keadaan fisiologik seperti pada waktu haid, kehamilan setelah bulan ketiga dan pada orang tua.

Dan akhirnya yang perlu diperhatikan adalah faktor teknik yang dapat menyebabkan kesalahan dalam pemeriksaan laju endap darah. Selama pemeriksaan tabung atau pipet harus tegak lurus; miring 3° dapat menimbulkan kesalahan 30%. Tabung atau pipet tidak boleh digoyang atau bergetar, karena ini akan mempercepat pengendapan. Suhu optimum selama pemeriksaan adalah 20°C, suhu yang tinggi akan mempercepat pengendapan dan sebaliknya suhu yang rendah akan memperlambat. Bila darah yang diperiksa sudah membeku sebagian hasil pemeriksaan laju endap darah akan lebih lambat karena sebagian fibrinogen sudah terpakai dalam pembekuan. Pemeriksaan laju endap darah harus dikerjakan dalam waktu 2 jam
setelah pengambilan darah, karena darah yang dibiarkan terlalu lama akan berbentuk sferik sehingga sukar membentuk rouleaux dan hasil pemeriksaan laju endap darah menjadi lebih lambat.

Hitung leukosit

Terdapat dua cara untuk menghitung leukosit dalam darah tepi. Yang pertama adalah cara manual dengan memakai pipet leukosit, kamar hitung dan mikroskop. Cara kedua adalah cara semi automatik dengan memakai alat elektronik. Cara kedua ini lebih unggul dari cara pertama karena tekniknya lebih mudah, waktu yang diperlukan lebih singkat dan kesalahannya lebih kecil yaitu ± 2%, sedang pada cara pertama kesalahannya sampai ± 10%.

Keburukan cara kedua adalah harga alat mahal dan sulit untuk memperoleh reagen karena belum banyak laboratorium di Indonesia yang memakai alat ini.

Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan basal dan lain-lain .

Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000 - 30.000/µl. Jumlah leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu antara 13.000 - 38.000 /µl. Setelah itu jumlah leukosit turun secara bertahap dan pada umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar antara 4500 - 11.000/µl. Pada keadaan basal jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar antara 5000 - 10.0004/µ1. Jumlah leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik yang sedang, tetapi
jarang lebih dari 11.000/µl.

Bila jumlah leukosit lebih dari nilai rujukan, maka keadaan tersebut disebut leukositosis. Leukositosis dapat terjadi secara fisiologik maupun patologik. Leukositosis yang fisiologik
dijumpai pada kerja fisik yang berat, gangguan emosi, kejang, takhikardi paroksismal, partus dan haid.

Leukositosis yang terjadi sebagai akibat peningkatan yang seimbang dari masing-masing jenis sel, disebut balanced leokocytosis. Keadaan ini jarang terjadi dan dapat dijumpai pada hemokonsentrasi. Yang lebih sering dijumpai adalah leukositosis yang disebabkan peningkatan dari salah satu jenis leukosit sehingga timbul istilah neutrophilic leukocytosis atau netrofilia, lymphocytic leukocytosis atau limfositosis, eosinofilia dan basofilia. Leukositosis yang patologik selalu diikuti oleh peningkatan absolut dari salah satu atau lebih jenis leukosit.

Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah leukosit kurang dari 5000/0 darah. Karena pada hitung jenis leukosit, netrofil adalah sel yang paling tinggi persentasinya hampir selalu leukopenia disebabkan oleh netropenia.

Hitung jenis leukosit

Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (sel/µl).

Hitung jenis leukosit berbeda tergantung umur. Pada anak limfosit lebih banyak dari netrofil segmen, sedang pada orang dewasa kebalikannya. Hitung jenis leukosit juga bervariasi dari satu sediaan apus ke sediaan lain, dari satu lapangan ke lapangan lain. Kesalahan karena distribusi ini dapat mencapai 15%.

Bila pada hitung jenis leukosit, didapatkan eritrosit berinti lebih dari 10 per 100 leukosit, maka jumlah leukosit/µl perlu dikoreksi.

Netrofilia

Netrofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil lebih dari 7000/µl dalam darah tepi. Penyebab biasanya adalah infeksi bakteri, keracunan bahan kimia dan logam berat, gangguan metabolik seperti uremia, nekrosia jaringan, kehilangan darah dan kelainan mieloproliferatif.

Banyak faktor yang mempengaruhi respons netrofil terhadap infeksi, seperti penyebab infeksi, virulensi kuman, respons penderita, luas peradangan dan pengobatan. Infeksi oleh bakteri seperti Streptococcus hemolyticus dan Diplococcus pneumonine menyebabkan netrofilia yang berat, sedangkan infeksi oleh Salmonella typhosa dan Mycobacterium tuberculosis tidak menimbulkan netrofilia. Pada anak-anak netrofilia biasanya lebih tinggi dari pada orang dewasa. Pada penderita yang lemah, respons terhadap infeksi kurang sehingga sering tidak disertai netrofilia. Derajat netrofilia sebanding dengan luasnya jaringan yang meradang karena jaringan nekrotik akan melepaskan leukocyte promoting substance sehingga abses yang luas akan menimbulkan netrofilia lebih berat daripada bakteremia yang ringan. Pemberian adrenocorticotrophic hormone (ACTH) pada orang normal akan menimbulkan netrofilia tetapi pada penderita infeksi berat tidak dijumpai netrofilia.

Rangsangan yang menimbulkan netrofilia dapat mengakibatkan dilepasnya granulosit muda keperedaran darah dan keadaan ini disebut pergeseran ke kiri atau shift to the left.

Pada infeksi ringan atau respons penderita yang baik, hanya dijumpai netrofilia ringan dengan sedikit sekali pergeseran ke kiri. Sedang pada infeksi berat dijumpai netrofilia berat dan banyak ditemukan sel muda. Infeksi tanpa netrofilia atau dengan netrofilia ringan disertai banyak sel muda menunjukkan infeksi yang tidak teratasi atau respons penderita yang kurang.

Pada infeksi berat dan keadaan toksik dapat dijumpai tanda degenerasi, yang sering dijumpai pada netrofil adalah granula yang lebih kasar dan gelap yang disebut granulasi toksik. Disamping itu dapat dijumpai inti piknotik dan vakuolisasi baik pada inti maupun sitoplasma

Eosinofilia
Eosinofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil lebih dari 300/µl darah. Eosinofilia terutama dijumpai pada keadaan alergi. Histamin yang dilepaskan pada reaksi antigen-antibodi merupakan substansi khemotaksis yang menarik eosinofil. Penyebab lain dari eosinofilia adalah penyakit kulit kronik, infeksi dan infestasi parasit, kelainan hemopoiesis seperti polisitemia vera dan leukemia granulositik kronik.

Basofilia
Basofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah basofil lebih dari 100/µl darah. Basofilia sering dijumpai pada polisitemia vera dan leukemia granulositik kronik. Pada penyakit alergi seperti eritroderma, urtikaria pigmentosa dan kolitis ulserativa juga dapat dijumpai basofilia. Pada reaksi antigen-antibodi basofil akan melepaskan histamin dari granulanya.

Limfositosis
Limfositosis adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah limfosit lebih dari 8000/µl pada bayi dan anak-anak serta lebih dari 4000/µl darah pada dewasa. Limfositosis
dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti morbili, mononukleosis infeksiosa; infeksi kronik seperti tuberkulosis, sifilis, pertusis dan oleh kelainan limfoproliferatif seperti leukemia limfositik kronik dan makroglobulinemia primer.

Monositosis
Monositosis adalah suatu keadaan dimana jumlah monosit lebih dari 750/µl pada anak dan lebih dari 800/µl darah pada orang dewasa. Monositosis dijumpai pada penyakit mieloproliferatif seperti leukemia monositik akut dan leukemia mielomonositik akut; penyakit kollagen seperti lupus eritematosus sistemik dan reumatoid artritis; serta pada beberapa penyakit infeksi baik oleh bakteri, virus, protozoa maupun jamur.
Perbandingan antara monosit : limfosit mempunyai arti prognostik pada tuberkulosis. Pada keadaan normal dan tuberkulosis inaktif, perbandingan antara jumlah monosit dengan limfosit lebih kecil atau sama dengan 1/3, tetapi pada tuberkulosis aktif dan menyebar, perbandingan tersebut lebih besar dari 1/3.


Netropenia
Netropenia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil kurang dari 2500/µl darah. Penyebab netropenia dapat dikelompokkan atas 3 golongan yaitu meningkatnya pemindahan netrofil dari peredaran darah, gangguan pembentukan netrofil dan yang terakhir yang tidak diketahui penyebabnya.
Termasuk dalam golongan pertama misalnya umur netrofil yang memendek karena drug induced. Beberapa obat seperti aminopirin bekerja sebagai hapten dan merangsang pembentukan antibodi terhadap leukosit. Gangguan pembentukan dapat terjadi akibat radiasi atau obat-obatan seperti kloramfenicol, obat anti tiroid dan fenotiasin; desakan dalam sum-sum tulang oleh tumor. Netropenia yang tidak diketahui sebabnya misal pada infeksi seperti tifoid, infeksi virus, protozoa dan rickettisa; cyclic neutropenia, dan chronic idiopathic neutropenia.

Limfopenia
Pada orang dewasa limfopenia terjadi bila jumlah limfosit kurang dari 1000/µl dan pada anak-anak kurang dari 3000/µl darah. Penyebab limfopenia adalah produksi limfosit yang menurun seperti pada penyakit Hodgkin, sarkoidosis; penghancuran yang meningkat yang dapat disebabkan oleh radiasi, kortikosteroid dan obat-obat sitotoksis; dan kehilangan yang meningkat seperti pada thoracic duct drainage dan protein losing enteropathy.

Eosinopenia dan lain-lain
Eosinopenia terjadi bila jumlah eosinofil kurang dari 50/µl darah. Hal ini dapat dijumpai pada keadaan stress seperti syok, luka bakar, perdarahan dan infeksi berat; juga dapat terjadi pada hiperfungsi koreks adrenal dan pengobatan dengan kortikosteroid.

Pemberian epinefrin akan menyebabkan penurunan jumlah eosinofil dan basofil, sedang jumlah monosit akan menurun pada infeksi akut. Walaupun demikian, jumlah basofil, eosinofil dan monosit yang kurang dari normal kurang bermakna dalam klinik. Pada hitung jenis leukosit pada pada orang normal, sering tidak dijumlah basofil maupun eosinofil.
Nilai pemeriksaan darah lengkap pada populasi normal
parameter
Laki-Laki
Perempuan
Hitung sel darah putih (x 103/μL)
7.8 (4.4–11.3)
Hitung sel darah merah (x 106/μL)
5.21 (4.52–5.90)
4.60 (4.10–5.10)
Hemoglobin (g/dl)
15.7 (14.0–17.5)
13.8 (12.3–15.3)
Hematokrit (%)
46 (42–50)
40 (36–45)
MCV (fL)
88.0 (80.0–96.1)
MCH (pg)
30.4 (27.5–33.2)
MCHC
34.4 (33.4–35.5)
RDW (%)
13.1 (11.5–14.5)
Hitung trombosit (x 103/μL)
311 (172–450)


Referensi
Dharma R, Immanuel S, Wirawan R. Penilaian hasil pemeriksaan hematologi rutin. Cermin Dunia Kedokteran. 1983; 30: 28-31.
Gandasoebrata R. Penuntun laboratorium klinik. Jakarta: Dian Rakyat; 2009. hal. 11-42.
Read More Darah dan Pemeriksaannya

Titrasi Ion Ca2+ Pada Air Sadah Metode Kompleksometri


PORTOFOLIO KOMPLEKSOMETRI
Penetapan Kadar Karbonat (Ca2+) Pada Air Sadah
Dengan Sampel Air Sumur Di Daerah Bibis Wetan
Surakarta
Oleh :
MARGARETHA SURYA HAPSARI / A.102.07.026
Disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Kimia Analitik II
AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA
2012
 




BAB I
PENDAHULUAN

I.1.  Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan yang sangat utama bagi kehidupan manusia, oleh karena itu jika kebutuhan air belum terpenuhi baik secara kuantitas maupun kualitas, maka akan menimbulkan dampak yang besar terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Dari segi pemanfaatan, penggunaan air dapat dikatagorikan dalam 2 katagori, yaitu air rumah tangga dan air industri yang masing-masing mempunyai persyaratan tertentu. Persyaratan tersebut meliputi persyaratan fisik, kimia dan bakteriologis, ketiga persyaratan tersebut merupakan suatu kesatuan, sehingga apabila ada satu parameter yang tidak memenuhi syarat, maka air tersebut tidak layak untuk digunakan.
Salah satu parameter kimia dalam persyaratan kualitas air adalah jumlah kandungan unsur Ca2+ dan Mg2+ dalam air, yang keberadaannya biasa disebut dengan kesadahan air. Kesadahan dalam air sangat tidak dikehendaki baik untuk penggunaan rumah tangga maupun untuk penggunaan industri. Bagi air rumah tangga tingkat kesadahan yang tinggi mengakibatkan konsumsi sabun lebih banyak karena sabun menjadi kurang efektif akibat salah satu bagian dari molekul sabun diikat oleh unsur Ca/Mg. Kelebihan ion Ca2+ serta ion CO3 2- (salah satu ion alkaliniti ) menyebabkan terjadinya kerak pada dinding pipa.
Kesadahan berasal dari kata sadah yang berarti mengandung kapur, jadi kalau kesadahan air adalah adanya kandungan kapur yang berlebih yang terdapat dalam air. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat. Air yang kesadahannya tinggi biasanya terdapat pada air tanah di daerah yang bersifat kapur.
Kesadahan ada dua macam yaitu kesadahan sementara dan kesadahan nonkarbonat (permanen). Kesadahan sementara akibat keberadaan Kalsium dan Magnesium bikarbonat yang dihilangkan dengan memanaskan air hingga mendidih atau menambahkan kapur dalam air. Kesadahan nonkarbonat (permanen) disebabkan oleh sulfat dan karbonat, Chlorida dan Nitrat dari Magnesium dan Kalsium disamping Besi dan Alumunium. Konsentrasi kalsium dalam air minum yang lebih rendah dari 75 mg/l dapat menyebabkan penyakit tulang rapuh, sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi dari 200 mg/l dapat menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa air. Dalam jumlah yang lebih kecil magnesium dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan tulang, akan tetapi dalam jumlah yang lebih besar 150 mg/liter dapat menyebabkan rasa mual.


I.2. Rumusan Masalah
            Berapakah penetapan kadar karbonat (Ca2+) pada air sadah pada air sumur di daerah Bibis Wetan.










BAB II
METODE PENELITIAN

II.1. Dasar Teori
Air sebagai materi esensial dalam kehidupan tampak dari kebutuhan terhadap air untuk keperluan sehari-hari di lingkungan rumah tangga ternyata berbeda-beda di setiap tempat, setiap tingkatan kehidupan atau setiap bangsa dan negara. Semakin tinggi taraf kehidupan seseorang semakin meningkat pula kebutuhan manusia akan air. Jumlah penduduk dunia setiap hari bertambah, sehingga mengakibatkan jumlah kebutuhan air . Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak.
            Ion Ca2+ dan Mg2+ diendapkan sebagai CaCo3 dan Mg(OH)2 menurut reaksi keseimbangan kimiawi sebagai berikut :
            Mg2+ + 2 OH- ↔ Mg(OH)2 ↓              (1)
            Ca2+  + Co32-  ↔  CaCo3  ↓                  ( 2)
(DR. Ir. G. Alaerts & Ir. Sri Simestri Santika,MSc, 1984. METODA PENELITIAN AIR. Usaha Nasional . Surabaya)
Air sadah digolongkan menjadi 2 jenis berdasarkan jenis anion yang iikat oleh kation (Ca2+, Mg2+). Yaitu:

a. Air sadah sementara
Mengandung garam hidrokarbonat seperti Ca(HCO3)2 dan atau Mg(HCO3)2.
1.        Air sadah sementara dapat dihilangkan kesadahannya dengan cara memanaskan air tersebut hingga garam karbonatnya mengendap, reaksinya:
Ca(HCO3)2 (aq) CaCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)
Mg (HCO3)2 (aq) MgCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)
2. Selain dengan memanaskan air, sadah sementara juga dapat dihilangkan kesadahannya dengan mereaksikan larutan yang mengandung Ca(HCO3)2 atau Mg (HCO3)2 dengan kapur (Ca(OH)2):
Ca(HCO3)2 (aq) + Ca(OH)2 (aq) –> 2CaCO3 (s) + 2H2O (l)

b. Air sadah tetap
Mengandung garam sulfat (CaSO4 atau MgSO4) terkadang juga mengandung garam klorida (CaCl2 atau MgCl2). Air sadah tetap dapat dihilangkan kesadahannya menggunakan cara:
1.         Mereaksikan dengan soda Na2CO3 dan kapur Ca(OH)2, supaya terbentuk endapan garam karbonat dan atau hidroksida:
CaSO4 (aq) + Na2CO3 (aq) –> CaCO3 (s) +Na2SO4 (aq)
2.      Proses Zeolit Dengan natrium zeolit (suatu silikat) maka kedudukan akan digantikan ion kalsium dan ion magnesium atau kalsium zeolit.

Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion), Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat.
Eriochrome Black T (EBT) adalah indikator yang berwarna merah muda bila berada dalam larutan yang mengandung ion kalsium dan ion magnesium dengan pH 10,0 ± 0,1. Senyawa ini memiliki dua gugus fenol yang dapat terionisasi, Nama lain dari Eriochrome Black T adalah Solochrome Black T atau EBT. Suatu kelemahan Eriochrome Black T adalah larutannya tidak stabil,dan hanya bias digunakan dalam suasana basa . Bila disimpan akan terjadi penguraian secara lambat, sehingga setelah jangka waktu tertentu indikator tidak berfungsi lagi. Sebagai gantinya dapat diganti dengan indikator Calmagite. Indikator ini stabil dan dalam kebanyakan sifatnya sama dengan Eriochrome Black T. (http://wahyusyah.multiply.com/journal/item/40/ANALISIS_KESADAHAN_AIR?utm_source=facebook&utm_medium=addthis&utm_campaign=wahyusyah  ;  Achmad Mursyidi dan Abdul Rohman.2006.Pengantar Kimia Farmasi Analisis Volumetri dan Gravimetri.Yayasan Farmasi Indonesia.Yogyakarta)
Titrasi ini akan dilakukan dengan larutan standart EDTA dengan prinsip Etilen Diamin Tetra Acetid Acid (EDTA) dan garamnya membentuk senyawa komplek yang larut bila bereaksi dengan kation logam. Bila indikator Erichrom Black T (EBT) ditambahkan kepada suatu larutan yang mengandung ion Ca dan Mg pada pH 10 0,1 larutan akan menjadi merah anggur. Bila kemudian dititrasi dengan EDTA, ion Ca dan Mg akan terikat sebagai komplek. Pada titik akhir titrasi yaitu bila seluruh ion Ca dan Mg sudah terikat oleh EDTA, larutan yang berwarna merah anggur akan berubah menjadi biru :


Rumus EDTA


Titrasi harus dilakukan kurang dari 5 menit untuk mengurangi kemungkinan terjadinya endapan CaCO3. Suhu titrasi paling baik pada suhu kamar, karena pada suhu rendah perubahan warna agak lambat dan pada suhu tinggi akan terjadi kerusakan indikator.


 

REAKSI :



            Konsentrasi ion Ca2+ dapat ditentukan secara terpisah bila ion Mg2+ dihapuskan dari larutan pada keasaan pH yang tinggi dimana hampir semua ion Mg2+ mengendap sebagai Mg(OH)2. Sejenis indikator Eriochome Black T  atau Murexid , yang peka hanya terhadap ion Ca2+ digunakan.
            Pada analisa Ca2+ ini, konsentrasi ion pengganggu yang diperbolehkan adalah sebagai berikut : Cu2+, 2 mg/l ; Fe2+ (fero), 20 mg/l ; Fe3+ (feri) , 20 mg ; Mn2+ (mangan) , 10 mg/l. Penyimpangan baku yang relatif dapat sebesar 6% untuk sampel yang tidak diencerkan. (DR. Ir. G. Alaerts & Ir. Sri Simestri Santika,MSc, 1984. METODA PENELITIAN AIR. Usaha Nasional . Surabaya)

II.2.     PROSEDUR PEMERIKSAAN
II.2.1.  Penanganan Sampel
            Ion Ca2+ dan Mg2+ tidak hilang selama pengawetan, hanya dapat mengendap sebagai CaCO3 dan Mg(OH)2 kalau pH terlalu tinggi ( >9 ). Bila sampel harus disimpan lebih dari 2 hari, lebih baik diasamkan sampai pH ≤ 5 dahulu atau diasamkan 1 jam sebelum dianalisa, supaya endapan CaCO3 dan lain – lain terlarut kembali.

II.2.2.  Alat – Alat
  1. Labu Takar 250 ml ( untuk larutan buffer )
  2. Botol Plastik 250 ml ( untuk menyimpan larutan buffer)
  3. Karet Penghisap ( untuk larutan buffer dan HCL )
  4. 2 Labu takar 1L ( untuk larutan standart EDTA dan standart Ca2+)
  5. Botol plastic 1L ( untuk larutan EDTA )
  6. Erlenmeyer 500 ml ( untuk Standart Ca2+ )
  7. Erlenmeyer 250 ml ( untuk menyiapkan sampel )
  8. Corong ( untuk standart Ca2+ )
  9. Gelas ukur 100 ml ( untuk 1 + 1 HCl )
  10. Pembakar Bunsen atau pemanas listrik lengkap ( untuk Standart Ca2+ )
  11. Buret 25 ml ata 50 ml ( untuk titrasi dengan EDTA )
  12. Pipet : 100 ml, 50 ml, 25 ml, 20 ml, 2 ml, 1 ml
  13. Beker 100 ml  bentuk tinggi ( untuk titrasi )
  14. Mortir ( untuk membuat bubuk indikator )
  15. Botol tutup kaca ( untuk menyimpan indikator )

II.2.3.  REAGEN
  1. Larutan standart EDTA ( Titran ) 0,01 M
Larutkan 3,723 gram di-natrium EDTA (dihidrat) p.a. dalam air suling dan encerkan dalam labu takar sampai menjadi 1L. dengan demikian 1ml larutan EDTA sesuai dengan 1 mg kesadahan yang dinyatakan sebagai CaCO3. Larutan EDTA ini sebaiknya disimpan di botol plastik karena EDTA dapat melarutkan ion –ion Ca2+ dan Al2+ pada dinding kaca biasa. Larutan EDTA harus distandartkan dengan larutan standart primer Ca2+.  Perlu diperhatikan bahwa larutan EDTA ini dapat menua.
  1. NaOH
  2. Indikator Campuran Eriochrome Black T ( EBT ) dan NaCl
Campurkan 200 mg bubuk celupan Eriochrome Black T ( EBT ) dan 100 gram NaCl kemudian giling dalam mortir sampai menjadi bubuk yang halus. Simpan dalam botol kaca yang tertutup dengan baik. Dengan demikian dapat tahan sampai selama 1 tahun. Bila berupa larutan, indikator ini kurang stabil untuk tahan lebih dari beberapa minggu.
  1. Indikator campuran Murexid dan NaCl.
Pembuatannya sama dengan indikator campuran Eriochrome Black T ( EBT ) dan NaCl.
II.2.3.  Cara kerja
1.         Pilihlah sampel sebesar 50 ml atau kurag dari 50 ml yang diencerkan sampai 50 ml, sehingga konsentrasi kalsium dalam sampel antara 2 sampai 10 mg sebagai CaCO3.
2.         Bila kadar alkaliniti sampel lebih dari 300 mg/l sebagai CaCO3 sampel harus diasamkan sampai pH ±3 ( cek dengan kertas pH ). Didihkan selama 1 menit kemudian dinginkan sbelum titrasi. Cara ini juga sebaiknya dipakai untuk sampel dengan kadar Ca2+ yang rendah.
3.         Sebelum titrasi dimulai, tambahkan 2,0 ml larutan NaOH 1N atau jumlah lain yang cukup untuk mengubah  pH ampel menjadi 12 sampai 13 ( cek dengan kertas pH )
4.         Tambahkan 0,1 sampai 0,2 gram indikator campuran dengan menggunakan ujung sendok reagen.
5.         Titrasikan dengan larutan EDTA tetes demi tetes, aduklah terus ( boleh menggunakan pengaduk magnetis ) sampai titik ekuivalensi tercapai di saat warna larutan sampel berubah. Bila memakai indikator Murexid campuran, perlu penambahan sedikit indikator sesudah titik ekuivalensi tercapai untuk mengecek apakah warna sudah tidak berubah lagi.
Perubahan warna indikator adalah sebagai berikut :
o   Eriochrome Black T ( EBT ) bila bergabung dengan Ca2+ berwarna merah, lepas dari Ca2+ warna berubah selama tambahan EDTA menjadi ungu dahulu kemudian biru tanpa sisa merah atau ungu.
o   Murexid : bila bergabung dengan Ca2+ berwarna merah muda lepas dari Ca2+ warna berubah menjadi ungu.
6.         Untuk mendapat hasil yang teliti, maka harus dibuat duplikat untuk setiap analisa.
II.2.4.  PERHITUNGAN
Konsentrasi Ca2+ sebagai mg CaCO3 / liter =  A x 1000,9 x f
                                                                      B
Atau konsentrasi Ca2+ sebagai mg/liter =  A x 400,8 x f
                                                               B
Dimana : A = ml titran EDTA yang digunakan
                B = ml sampel sebelum diencekan
f = faktor perbedaan antara kadar kelarutan EDTA 0,01M menurut dengan CaCo3 ( f ≤ 1 ).
Juga berlaku : 50 mg/liter sebagai CaCO3 ≡ 1 mek Ca2+/liter.
       




BAB III
KESIMPULAN

III.1. Kesimpulan:
Dari percobaan yang telah kita lakukan, kita dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1.    Nilai dari kesadahan air pada sempel air dipengaruhi kandungan garam yang terlarut dari ion – ion sadah seperti Ca2+, Mg2+, dan Fe2+, serta sedikit dipengaruhi oleh CO2 yang bebas dan jumlah NaCl yang besar sehingga hal ini dapat meningkatkan kesadahan air. Pada percobaan kali ini, larutan Na2 EDTA distandarisasi oleh larutan Ca2+ dalam penentuan konsentrasi.
2.    Indikator warna  Eirokom Black T ( EBT ) merupakan indikator yang sesuai dalam penggunaan pengukuran kesadahan air dikarenakan indikator ini membentuk kompleks dengan ion Ca2+ dan Mg2+, sehingga trayek warna yang digunakan ialah perubahan warna ungu ( merah anggur ) ke biru langit.
3.   Titran Na2 EDTA beraksi dengan Ion Ca2+ dan Mg2+. Larutan berubah menjadi biru yaitu warna asli EBT membentuk kompleks dengan metal yang menjadi titik akhir dari titrasi.

              Percobaan ini dilakukan dengan tujuan agar kita dapat menetukan kesadahan suatu sampel air. Yang menyebabkan kesadahan suatu air adalah karena adanya garam kalsium dan magnesium serta besi pada suatu larutan. Yang dimaksud dengan larutan standar adalah larutan yang telah diketahui nilai molaritasnya sehingga dapat menstandarisasi larutan yang belum diketahui nilai molaritasnya. Karena bentuk awal dari larutan standar Ca2+ berbentuk butiran, sehingga dapat dihitung molaritasnya dengan menggunakan konsep molaritas. Dalam percobaan kali ini mengunakan metode titrasi, yaitu cara penetuan konsentrasi suatu larurtan dengan volume tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dan mengukur volumenya secara pasti. Titran yang digunakan adalah Na2EDTA. Pada kali ini akan dilakukan 3 kali percobaan. Pada percobaan ini, digunakan indikator, yaitu indikator EBT. Indikator yang mampu berikatan secara kompleks dengan ion Ca2+ dan Mg2+. Indikator warna yang digunakan adalah perubahan warna ungu menjadi warna biru cerah.
Titrasi Na2EDTA menggunakan indikator EBT dan penyangga dengan pH 10. Tujuan awalnya untuk memelihara agar pH tetap yang disebabkan ketika ion hidrogen lepas pada proses titrasi yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan pH dalam titrasi kompleksiometri. Kedua mencegah terbentunya endapan logam hidroksida, dengan demikian,penyangga itu dapat bertindak sebagai zat pembentuk kompleks tambahan.

III.2.    Manfaat percobaan bagi masyarakat.
            Dengan dilakukannya percobaan ini, diharapkan masyarakat mengerti akan pengaruh yang ditimbulkan oleh air sadah yaitu  menyebabkan pengendapan mineral ( penyumbatan saluran pipa dan keran ) , pemborosan sabun dalam rumah tangga karena ion sadah akan membentuk senyawa yang tidak larut dengan sabun serta membentuk gumpalan scum yang sulit dihilangkan. Selain tu, zat-zat atau bahan kimia yang terkandung di dalam air misalnya Ca, Mg, CaCO3 yang melebihi standart kualitas tidak baik untuk dikonsumsi oleh orang dengan fungsi ginjal yang kurang baik, karena akan menyebabkan pembentukkan batu pada saluran kencing. Kebiasaan minum juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi pembentukan batu saluran kencing. Orang yang banyak mengkonsumsi air dengan kandungan kapur tinggi akan menjadi predisposisi pembentukan batu saluran kencing, maka air yang digunakan manusia tidak boleh lebih dari 200 mg/L CaCO3.
            Diharapkan dengan adanya penelitian ini, dapat dijadikan acuan untuk masyarakat agar mampu memilih air layak konsumsi yang baik menurut standart air yang telah ditentukan, sehingga dapat mengurangi dan mencegah penyakit – penyakit yang timbul akibat adanya penimbunan kadar zat – zat atau bahan kimia yang terkandung dalam air di dalam tubuh.

















Daftar Pustaka
  1. Achmad Mursyidi dan Abdul Rohman.2006.Pengantar Kimia Farmasi Analisis Volumetri dan Gravimetri.Yayasan Farmasi Indonesia.Yogyakarta.
  2. DR. Ir. G. Alaerts & Ir. Sri Simestri Santika,MSc, 1984. METODA PENELITIAN AIR. Usaha Nasional . Surabaya.
  3. http://wahyusyah.multiply.com/journal/item/40/ANALISIS_KESADAHAN_AIR?utm_source=facebook&utm_medium=addthis&utm_campaign=wahyusyah. /Diunduh 7 April 2012 pukul 19.00 WIB
  4. http://www.scribd.com/doc/31064556/LAporan-Kompleksometri-ITO-09-10/
diunduh 7 April 2012 pukul 19.30 WIB
  1. http://4.bp.blogspot.com/oHp3xbeNOZY/Tuyh7hSQxII/AAAAAAAADHA/co_cq4NMzmg/s1600/bg.gif/ diunduh 10 April 2012 pukul 20.15 WIB










Read More Titrasi Ion Ca2+ Pada Air Sadah Metode Kompleksometri